About Me

a simple person who struggles to be a competent doctor with good personality.. insyaAllah:)

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 07 Januari 2011

TUBERCULOSIS




Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Tuberkulosis merupakan penyakit sistemik yang dapat mengenai hampir semua organ tubuh, yaitu organ pernafasan (TBparu-TBP) ataupun di organ di luar paru (TB Ekstraparu- TBE). Kuman Mycobacterium tuberculosis penyebab TB telah ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882, lebih dari 100 tahun yang lalu. Kuman TB dapat hidup lama tanpa aktifitas dalam jaringan tubuh (dormant) hingga sampai saatnya ia aktif kembali. Lesi TB dapat sembuh tetapi dapat juga berkembang progresif atau mengalami proses kronik atau serius. Lesi ini dapat dijumpai secara bersama di organ paru dan ekstraparu ataupun secara sendiri-sendiri (Aditama, 1995; Dahlan, 1997; Depkes RI, 2007; Rahajoe dkk, 2005).


Berdasarkan laporan Penanggulangan TB Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TB pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Perkiraan prevalensi, insidensi dan kematian akibat TB dilakukan berdasarkan analisis dari semua data yang tersedia, seperti pelaporan kasus, prevalensi infeksi dan penyakit, lama waktu sakit, proporsi kasus BTA positif, jumlah pasien yang mendapat pengobatan dan yang tidak mendapat pengobatan, prevalensi dan insidens HIV, angka kematian dan demografi.


Dari data tahun 1997-2004 terlihat adanya peningkatan pelaporan kasus sejak tahun 1996. Yang paling dramatis terjadi pada tahun 2001, yaitu tingkat pelaporan kasus TB meningkat dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk, dan pelaporan kasus BTA positif meningkat dari 25 menjadi 42 per 100.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan umur, terlihat angka insidensi TBC secara perlahan bergerak ke arah kelompok umur tua (dengan puncak pada 55-64 tahun), meskipun saat ini sebagian besar kasus masih terjadi pada kelompok umur 15-64 tahun (Anonim, 2010). Pada tahun 2008, prevalensi Indonesia sudah mencapai TB 253/100.000 penduduk. Angka kematian TB pada tahun 2008 juga menurun tajam menjadi 38/100.000 penduduk dibandingkan tahun 1990 sebesar 92/100.000 penduduk. Pada tahun 2009 angka cakupan penemuan kasus mencapai 71 persen dan angka keberhasilan pengobatan mencapai 90 persen. Pada tahun ini peringkat Indonesia dalam hal jumlah penderita TB turun ke peringkat 5 dunia, dimana hampir 10 tahun menempati urutan ke-3. (Bararah, 2010; Pramudiarja, 2010).


Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat (seperti pada negara negara yang sedang berkembang), kegagalan program TB selama ini, perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur kependudukan, serta dampak pandemi HIV. Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Sedangkan penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP-4). Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui Puskesmas. Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalah paduan standar INH, PAS dan Streptomisin selama satu sampai dua tahun. Para Amino Acid (PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak 1977 mulai digunakan paduan OAT jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin dan Ethambutol selama 6 bulan.


Pada tahun 1995, program nasional penanggulangan TB mulai menerapkan strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di seluruh UPK terutama Puskesmas yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar (Depkes RI, 2007).



DAFTAR PUSTAKA


Aditama, T. Y. 1995. Perkembangan Mutakhir Diagnosis Tuberkulosis Paru, dalam Cermin Dunia Kedokteran No. 99. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma. pp: 30-32.


Anonim. 2007. Epidemiologi TBC di Indonesia. http://www.tbindonesia.or.id/tbnew/epidemiologi-tb-diindonesia/article/55/000100150017/2. (diakses tanggal 9 Desember 2010)


Bararah, Vera Farah. 2010. Pengendalian TB di Indonesia Mendekati Target MDG. http://www.detikhealth.com/read/2010/03/24/163722/1324592/763/pengendalian-tb-di-indonesia-mendekati-target-mdg?ld991107763. (diakses tanggal 10 desember 2010)


Dahlan, Zul. 1997. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis, dalam Cermin Dunia Kedokteran No 115. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma.


Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Cetakan ke 2. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.


Pramudiarja, AN Uyung. 2010. Menkes Bangga TBC Indonesia Turun ke Peringkat 5 Dunia. http://www.detikhealth.com/read/2010/10/22/174508/1472642/763/menkes-bangga-tbc-indonesia-turun-ke-peringkat-5-dunia. (diakses tanggal 10 desember 2010


Rahajoe, N.N. dkk (eds). 2005. Pedoman Nasional Tuberculosis Anak. Jakarta : Unit Koordinasi Kerja Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia.


Tim FIELD LAB FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta. 2009. Manual FIELD LAB Ketrampilan Pengendalian Penyakit Menular Tuberculosis. Surakarta : Field Lab Fakultas Kedokteran UNS.


Yayasan Spiritia. 2007. Tuberkulosis (TB). http://www.ibase.info/itpc/Indonesian/spirita/docs/LembaranInformasi/LI515.pdf. (diakses tanggal 3 Desember 2009)

separador

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

my playlist